Tanah Laut: Kesan Pertama, Asa Baru, dan Panggilan Mengabdi

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Terima kasih atas sambutan hangat dan komentar yang luar biasa pada tulisan perdana saya. Rasanya senang sekali mengetahui bahwa ruang kecil di internet ini bisa menjadi tempat kita bersilaturahmi. Sesuai janji, saya ingin mulai berbagi cerita lebih banyak. Kali ini, tentang sebuah perjalanan dan babak baru yang menjadi alasan utama mengapa blog ini pun ikut lahir.

Perjalanan tersebut membawa saya menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di Kabupaten Tanah Laut, sebuah daerah di pesisir Provinsi Kalimantan Selatan yang kini saya sebut sebagai rumah.

Gedung Al-Banjari Politeknik Negeri Tanah Laut

Sekilas Tentang Tanah Laut, Permata di Pesisir Kalimantan

Sebelum berbagi cerita personal, izinkan saya memberi sedikit gambaran tentang daerah yang luar biasa ini. Tanah Laut, dengan ibukotanya Pelaihari, adalah sebuah kabupaten yang dianugerahi potensi alam melimpah. Dari pengamatan awal dan beberapa sumber yang saya baca, ada beberapa sektor utama yang menjadi tulang punggung ekonominya:

  • Pertanian dan Peternakan: Daerah ini dikenal sebagai salah satu "lumbung jagung" utama di Kalimantan Selatan. Hamparan ladang jagung yang hijau menjadi pemandangan umum di sepanjang jalan. Selain itu, sektor peternakan, terutama sapi potong, juga menjadi komoditas unggulan yang memasok kebutuhan daging hingga ke luar daerah.

  • Perkebunan: Seiring dengan tren nasional, perkebunan kelapa sawit juga menjadi salah satu motor penggerak ekonomi yang signifikan di sini.

  • Pertambangan: Tidak bisa dipungkiri, seperti banyak daerah lain di Kalimantan, sektor pertambangan (terutama batu bara) memiliki peran dalam denyut nadi ekonomi regional.

  • Pariwisata dan Kelautan: Dengan garis pantai yang cukup panjang, Tanah Laut memiliki potensi wisata bahari yang menawan. Pantai-pantai seperti Pantai Takisung dan Pantai Batakan adalah nama-nama yang sering saya dengar disebut oleh warga lokal.

Kekayaan alam inilah yang membuat Tanah Laut menjadi daerah yang dinamis dan terus berkembang.

Tiga Kesan Pertama yang Begitu Melekat

Setibanya di sini, ada beberapa hal yang langsung menarik perhatian saya dan memberikan kesan mendalam. Uniknya, beberapa di antaranya justru terasa familiar.

  1. Gema Azan yang Menenangkan: Hal pertama yang saya sadari adalah betapa mudahnya menemukan masjid dan musala. Di sepanjang jalan utama hingga ke sudut-sudut permukiman, kubah-kubah rumah ibadah seakan menyambut dengan ramah. Suara azan yang bersahutan dari berbagai penjuru saat waktu salat tiba menciptakan suasana yang syahdu dan menenangkan. Suasananya begitu religius, mengingatkan saya pada suasana di Aceh, Serambi Mekkah.

  2. Perpaduan Rasa Manis dan Asam: Sebagai seorang perantau, adaptasi kuliner adalah salah satu tantangan. Namun, saya cukup terkejut karena cita rasa masakan di sini tidak terlalu asing. Banyak hidangan memiliki karakter rasa yang cenderung manis dengan sentuhan asam yang segar. Lagi-lagi, kombinasi ini mengingatkan saya pada beberapa jenis masakan di Aceh. Lidah saya tampaknya tidak perlu waktu lama untuk beradaptasi.

  3. Wajah Nusantara di Pusat Kabupaten: Saat saya menjelajahi Pelaihari, saya melihat sebuah keragaman yang menarik. Pusat kabupaten ini terasa hidup dengan interaksi berbagai suku. Sangat jelas terlihat bahwa populasi di sini didominasi oleh para pendatang, terutama dari Pulau Jawa, yang datang untuk bekerja dan mengadu nasib. Ini adalah potret mini Indonesia dan sebuah tanda bahwa roda ekonomi di Tanah Laut memang berputar kencang, menarik banyak orang untuk datang.

Panggilan Baru: Mengabdi di Politeknik Negeri Tanah Laut

Tentu saja, kedatangan saya ke Tanah Laut bukan tanpa tujuan. Inilah inti dari perjalanan ini.

Dengan penuh rasa syukur, saya memulai babak baru pengabdian sebagai dosen di Politeknik Negeri Tanah Laut (Politala). Keputusan ini saya ambil dengan keyakinan penuh setelah melihat potensi besar yang dimiliki oleh institusi ini.

Politala adalah benteng pendidikan vokasi yang perannya sangat strategis. Keunggulannya tidak hanya terletak pada statusnya sebagai politeknik negeri, tetapi juga pada:

  • Program Studi yang Relevan: Politala memiliki program studi seperti Teknologi Industri Pertanian, Teknologi Informatika, dan Akuntansi, yang dirancang untuk menjawab kebutuhan langsung dari sektor-sektor penopang ekonomi Tanah Laut. Lulusannya disiapkan untuk langsung terjun dan berkontribusi.

  • Fokus pada Pendidikan Terapan: Sebagai institusi vokasi, fokusnya adalah pada praktik (70%) dan teori (30%). Ini memastikan mahasiswa tidak hanya paham konsep, tetapi juga terampil dalam eksekusi.

  • Kemitraan Industri yang Kuat: Politala aktif menjalin kerja sama dengan perusahaan-perusahaan di sekitar, memastikan kurikulumnya selalu relevan dan membuka pintu magang serta karier yang luas bagi mahasiswanya.

Menjadi bagian dari Politala adalah sebuah kehormatan. Saya bersemangat untuk bisa ikut serta mencetak generasi muda yang kompeten dan siap membangun daerahnya.


Ini baru awal dari cerita saya. Masih banyak sudut Tanah Laut yang belum saya jelajahi dan banyak kearifan lokal yang ingin saya pelajari.

Sekarang, saya ingin mendengar dari Anda. Bagi yang sudah lama tinggal di Tanah Laut, atau mungkin pernah berkunjung, adakah tempat, kuliner, atau cerita khas yang wajib saya ketahui?

Saya menanti rekomendasi dan cerita Anda di kolom komentar!

Salam hangat,

Faisal Basyir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dari Teori ke Aksi: 3 Kunci Sukses Belajar di Politeknik

Assalamualaikum: Sebuah Langkah Awal untuk Berbagi dan Berdiskusi